Kamis, 31 Januari 2008

Jumat, 25 Januari 2008

PRIFILE MY SCHOOL


PROFIL SEKOLAH

NamaSMK Negeri 2 Surakarta
NSS33
Jenjang PendidikanSMK
Status SekolahNegeri
AkreditasA
Alamat SekolahJL. Adisucipto 33
Manahan Surakarta
57139
Telepon0271 714901
Fax0271 727003
Emailmail@smkn2-solo.net
Websitehttp://www.smkn2-solo.net
Nama Kepala SekolahDrs. Rakhmat Sutomo, M.Pd
Nama Kontak PersonFerdy Hernawan

abot film realita cinta rock & roll

Judul: REALITA, CINTA & ROCK N ROLL
Bintang: Herjunot Ali, Vino G. Sebastian, Nadine Chandrawinata
Sutradara: Upi
Produksi: Virgo Putra Film
Kategori: Drama

Setelah "30 hari Mencari Cinta", sutradara dan penulis skenario Upi kembali memunculkan film terbarunya "Realita, Cinta, dan Rock'n'Roll".

Lewat "Realita, Cinta, dan Rock'n'Roll", Upi berupaya menghadirkan sepenggal realita dari kehidupan masyarakat kota dengan menjadikan dua karakter utama bernama Nugi (Herjunot Ali) dan Ipang (Vino G. Sebastian) sebagai sentral cerita.

Nugi adalah seorang remaja sekaligus siswa SMU yang baru berusia 17 tahun. Sejak usia 6 tahun, dia telah ditinggal sang ayah ke Amerika menyusul perceraiannya dengan sang ibu (Sandy Harun). Dalam kesehariannya, tak ada yang lebih diminati Nugi selain bermain band dan bertindak semaunya. Hal serupa juga menjadi bagian dari kehidupan sahabat karib yang juga teman sekelas Nugi, Ipang. Tak heran keduanya selalu bersama baik saat bermain band maupun saat tidak bermain band seperti merancang dan mengisi hari-hari dengan kenakalan.

Nugi dan Ipang punya sahabat bernama Sandra (Nadine Chandrawinata), seorang penjaga distro yang cantik dan sering menjadi tempat mereka berdua curhat. Kedekatan mereka tak hanya sekedar dikarenakan kesukaan terhadap musik, juga dilandasi keinginan yang sama untuk menjalani hidup semaunya dan tak mau dibebani banyak persoalan hidup.

Satu hari, mereka, khususnya Nugi dan Ipang, dihadapkan pada sebuah realita yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Saat liburan sekolah tiba, Nugi baru "ngeh" kalo ayah yang pernah meninggalkannya ke Amerika telah menjelma menjadi seorang perempuan bernama Mariana (Barry Prima). Sementara itu, Ipang juga baru tahu bahwa dirinya bukan anak kandung dari sang ayah (Frans Tumbuan) yang berprofesi dosen dan ibu yang selama ini membesarkannya, melainkan anak adopsi.

Kepahitan menghadapi realita ini tentu saja memunculkan beragam konflik pada diri mereka yang juga harus saling berhadapan tatkala cinta Nugi terhadap Sandra semakin berkembang. Sementara itu, Sandra lebih memberikan perhatian pada Ipang.

"Realita, Cinta, dan Rock'n'Roll" dikemas sutradara Upi dengan melibatkan elemen drama, aksi, dan komedi. Semua elemen ini dipaparkan dengan tempo dinamis sehingga alur cerita sejak bergulir hingga berakhir terasa mengalir dengan dijejali dialog khas remaja kota besar.

Dalam film yang bakal beredar di bioskop mulai tanggal 2 Februari 2006, Upi berupaya mengeksplorasi konflik para karakter utama, khususnya Nugi dan Ipang, dengan lebih dalam. Beberapa konflik dibuat berlapis. Artinya, saat konflik yang satu muncul dan belum menemukan solusi, muncul lagi konflik baru. Misalnya, ketidaksukaan Nugi terhadap hubungan sang ibu dengan Paul yang belum hilang "diselingi" kebencian Nugi terhadap sosok ayah yang menjelma menjadi perempuan.

Akting para pemain ini terbilang lumayan. Namun, dari semua akting pemain, akting Barry Prima terlihat lebih menonjol. Barry yang selama ini lebih dikenal sebagai aktor laga mampu melarutkan emosi penonton untuk senyum, ketawa, bahkan mungkin ikut bersedih menyusul perannya sebagai Mariana, karakter yang mengalami transeksual.

Diluar itu, sepanjang cerita dalam beberapa sekuen, "Realita, Cinta, dan Rock'n'Roll" masih menampilkan tata suara yang kurang optimal. Simak saja, sekuen yang menunjukkan saat Ipang dan Nugie berlatih Band. Suara kadang terdenagr "mendem", kadang terdengar "lepas".

Walaupun menggunakan tajuk Rock'n'Roll, bukan berarti "Realita, Cinta, dan Rock'n'Roll" menceritakan beragam persoalan anak Band. Seperti yang diungkapkan Upi, "Realita, Cinta, dan Rock'n'Roll" adalah film tentang dua anak bengal menyikapi kehidupannya.

Uni Eropa Mengusulkan IP Address Digolongkan Sebagai Personal Data

IP Address yang terdiri dari sederetan angka yang dapat mengidentifikasi komputer di Internet, diusulkan untuk digolongkan dalam personal information oleh pimpinan kelompok perlindungan data Uni Eropa.

Seorang komisioner dari Jerman, Peter Scarr, yang memimpin kelompok Uni Eropa, mempersiapkan laporan regulasi perlindungan data di Internet tentang bagaimana para search engine seperti Google Inc., Yahoo Inc., Microsoft Corp. menyesuaikan diri dengan hokum Uni Eropa.

Scarr mengatakan kepada Parlemen Eropa tentang bagaimana proteksi data secara online di Internet dilakukan saat seseorang dapat terdeteksi melalui IP (Internet Protocol) Address, sehingga dipandang perlu menjadikan IP Address sebagai personal data.

Berbeda halnya dengan Scarr, Google melihat bahwa IP Address lebih mengidentifikasikan lokasi di mana orang tersebut mengakses Internet. Karena untuk IP Address yang sama dimungkinkan untuk dipakai lebih dari satu orang tanpa dapat diketahui secara pasti jumlahnya.

Hal ini tentunya juga disadari oleh Scarr, karena sebuah IP Address tidak selalu dipakai satu orang user saja, misalnya pada perusahaan ataupun kantor-kantor. Namun tetap saja hal tersebut tidak menghentikan anggapan bahwa IP Address merupakan sebuah penunjuk tentang ‘siapa’ dalam sebuah koneksi Internet.

Tentu saja perlindungan terhadap IP Addresss sebagai personal data ini nantinya akan berpengaruh pada proses pencarian data Search Engine.

Mewakili Google, Peter Fleischer, mengatakan bahwa Google perlu mengumpulkan data-data IP Address untuk menghasilkan akurasi layanan yang tepat, karena Google harus mengetahui dari belahan bumi mana sebuah proses pencarian dilakukan, karena akan menghasilkan hasil yang berbeda-beda pula. Misalnya jika seseorang memasukkan kata kunci pencarian ‘football’ dengan posisi user di London dan yang lain di New York, maka keduanya akan mendapatkan hasil yang berbeda pula.(dna)

about music

Gladiresik Music Lab (GRML) merupakan tempat pendidikan musik yang ditujukan untuk mengingatkan musisi akan kepentingan gladi-resik bagi suksesnya sebuah pertunjukan.

[sunting] Latar belakang

Gladiresik sebagai "music lab" jelas mengarahkan sistem pendidikannya lebih ke praktek (seperti layaknya laboratorium), dari pada sekedar berteori. Dengan demikian sejak awal siswa/i sudah diwajibkan menggunakan alat musiknya (suaranya, bagi Divisi Vokal). Begitu juga pada jam mata pelajaran, GRML tidak hanya menggunakan metronome sebagai panduan belajar dan berlatih musik, tapi juga menggunakan drum-loop dari berbagai style musik.

GRML mengadakan berbagai kegiatan live music yang bersifat pendidikan seperti :

  • Student Live Briefing,
  • Student Gathering Performance,
  • Internal Workshop (di lokasi GRML)
  • External Workshop


Gladiresik Music Lab didirikan oleh sejumlah musisi berpengalaman seperti; Todung Pandjaitan, Donny Suhendra, Gilang Ramadhan, Annette Frambach, Krisna Prameswara, dan Benny Likumahuwa.


Di Indonesia, dari segi waktu, mayoritas siswa/i musik hanya menyanggupi 1 (satu) x 1 (satu) jam, setiap minggu untuk mengikuti pendidikan musik. Dilema ini sangat mempersulit para pendidik musik di Indonesia untuk memungkinkan pendidikan musik secara maksimal.

Mengatasi dilema pendidikan musik di Indonesia. GladiResik Music Lab menyusun kurikulum :

FULL PROGRAM CLASS (FPC). Berupa ringkasan teori & tehnik musik yang berkesinambungan dari awal hingga akhir. Tahap demi tahap kemajuan siswa/i bisa termonitor secara seksama. Disusun dalam 3 (tiga) tingkatan dengan jangka waktu yang relatif singkat selama 2 tahun, yaitu :

  • Beginner (Level C)
  • Intermediate (Level B)
  • Advance (Level A)

EXTENSION PROGRAM CLASS (EPC). Spesifik fokus pada bagian-bagian tertentu dalam pelatihan musik, misalnya, pendidikan musik dari segi tehnik, arranging, composing, amplifikasi, multi-effect, rekaman, dsb.

SPECIAL PROGRAM CLASS (SPC). Kid Class, Hobby Class, dan pengetahuan alat-alat musik lainnya.


TRUE BASIC BRINGS EXCELLENCE. Motto GRML sesuai misi & tujuannya untuk memperkuat siswa/i dari sisi dasar, demi memudahkan kelanjutannya berprofesi maupun berkarya di musik. Untuk lebih menyingkat lagi waktu dalam belajar musik, di awal GRML memperagakan garis besar sistem pendidikan dengan pengadaan TRIAL CLASS.

[sunting] Sejarah

Dimulai sejak tahun 1990. Setelah menggeluti Bass Instruction Program di Dick Grove School of Music dan Graphic Design di Woodbury University, Los Angeles. Todung Pandjaitan mendirikan perusahaan manajerial artis yang pertama di Indonesia, ARCI (Art Circle Network), dan masih berlanjut sampai sekarang.

Melalui tehnis pelaksanaan di ARCI sebagai jembatan antara artis musisi dan klien, beliau menyaksikan sekian banyak kekurangan dan kelebihan artis musisi Indonesia dan dampaknya ke industri musik itu sendiri. Dari sini berawal hasrat untuk melengkapi pendidikan musik di tanah air Indonesia.

Hasrat itu semakin dalam terukir. Tahun 1996, untuk merealisasikan niatnya di bidang pendidikan musik, Todung Pandjaitan mengundang Benny Likumahuwa yang pada saat itu sudah menjadi salah satu pakar pendidikan musik di Indonesia, disamping Jack Lesmana.

Tahun 2000 semasa sistem pendidikan masih dalam penggarapan, Iwan Iskandar selaku redaktur majalah HAI pada saat itu, tertarik untuk menerbitkan sistem pendidikan musik garapan Todung Pandjaitan pribadi menjadi seri pertama dari HAI Musik Series yang diberi judul BoomBassTech dan sekaligus juga mencerminkan pengalaman Todung Pandjaitan selama 10 tahun di industri musik Indonesia.

Waktu terus berlalu, kali ini Todung Pandjaitan mengundang Gilang Ramadhan, sesama alumni siswa musik dari Los Angeles, lulusan Hollywood Professional School, jurusan drum. Melalui sekian panjang pembicaraan mereka sepakat untuk mengikut-sertakan selain Benny Likumahuwa, juga Donny Suhendra dan Krisna Prameswara, untuk mempersolid detail materi pendidikan musik tersebut. Sehingga tepatnya pada tahun 2004, berempat mereka membentuk tim perencana kurikulum di bawah pengawasan Benny Likumahuwa, yang akhirnya juga dilengkapi dengan kehadiran Annette Frambach, seorang pakar pendidikan seni suara.

Setelah melewati berbagai proses, akhirnya di awal tahun 2006 , tim perencana resmi memunculkan sistem pendidikan musik ini dengan nama GladiResik Music Lab (GRML).